Friday 26 May 2023

Tumbuh Bersama Transportasi Umum


Menggunakan jasa transportasi umum merupakan bagian yang cukup penting dari kehidupanku. Sebagai seorang perempuan yang tidak bisa mengendarai motor atau menyetir mobil, tentu saja transportasi umum menjadi sebuah penyelamat saat tak ada yang bisa mengantarkan. Dulu saat belum menikah, biasanya ayah atau adikku yang mengantarkan atau menjemput. Jika sedang beruntung, biasanya ada teman yang menawarkan tumpangan hehehe.

Saat sekolah SMA dan kuliah, sekitar tahun 2006 - 2013, aku sering naik angkot karena jarak antara rumah dan sekolah atau kampus tidak terlalu jauh dan saat itu angkot masih banyak beroperasi dan banyak jalur trayeknya. Di Kota Malang, transportasi umum dalam kota hanya ada angkot dan becak, sedangkan untuk bis hanya beroperasi antar kota. Masih teringat dalam memoriku kala itu naik angkot bersama dengan teman-teman sambil bercerita saat berangkat atau pulang sekolah. Para penumpangnya pun beragam, mulai para pelajar, pegawai kantor, pedagang, lansia, ibu-ibu yang mengantar anaknya sekolah dan lain-lain. Banyak ragam emosi juga yang bisa kita temukan di angkot. Ada yang bahagia, sedih, lelah, ngantuk, kecewa, cemas karena buru-buru dan lain sebagainya. Di dalam angkot juga tak jarang aku menemukan pelajaran hidup, entah dari mendengarkan cerita orang, empati pada penumpang lain, reuni tak sengaja dengan kawan, bahkan ada penumpang yang membayarkan ongkos untuk penumpang lainnya. Alhamdulillah beberapa kali aku juga pernah mendapatkan rezeki seperti itu saat tak sengaja bertemu dengan teman, saudara, atau guru, di angkot. Sepintas tampak biasa, tetapi bagi pelajar sepertiku saat itu, mendapatkan rezeki tersebut rasanya bahagia sekali. Kini saat angkot tak lagi banyak peminatnya karena tergantikan oleh transportasi lainnya, pengalaman naik angkot menjadi sebuah kenangan tersendiri. Saat ini memang angkot di Kota Malang tak lagi banyak yang beroperasi. Jika ada pun, menunggunya sangatlah lama. Untunglah aku masih pernah mengenalkan naik angkot pada anakku yang saat itu masih berusia sekitar 2 tahun.

Menginjak usia lulus kuliah, aku mendapatkan pekerjaan di luar kota Malang. Saat itu aku lebih sering menggunakan transportasi umum bis dan kereta api. Padahal saat kecil aku seringkali mabuk darat saat naik bis, tetapi akhirnya aku harus naik bis seminggu atau dua minggu sekali untuk pulang atau bertugas ke luar kota. Mungkin karena sudah terbiasa, aku sudah tidak pernah mabuk darat lagi. Trayek bis antar kota yang sering kutumpangi adalah Malang - Jombang dan Malang - Surabaya. Pengalaman naik bis ini sangat berwarna-warni. Untuk bis yang menuju Jombang, aku bisa menikmati pemandangan pegunungan, perkebunan, sawah, hutan ketika melewati Batu, Pujon dan sekitarnya. Meskipun jalan berkelok yang membuat pusing dan kadang aroma di dalam bis juga bau solar yang membuat mual, perjalanan terasa cukup menyenangkan dengan hiburan pemandangan alam di luar jendela. Apalagi saat perjalanan pagi-pagi jika kebetulan bisnya tidak ber-AC, udara sejuk mengalir lewat jendela bis dan membuatku mengantuk lalu tertidur. Untungnya sih nggak pernah kelewatan karena perjalananku berawal di terminal dan berakhir di terminal juga. Selain itu ada juga kejadian lucu, di mana ada penumpang yang membawa ayam hidup dan juga kucing dan sempat menggegerkan seisi bis ketika binatang tersebut berulah di dalam bis. Sayangnya, bis yang seringkali kutumpangi itu, kini tak lagi beroperasi karena sudah tak layak dan digantikan dengan bis yang lebih baru dan ber-AC.  Namun demikian, tentunya ada juga episode yang menyedihkan ketika naik bis, yaitu ketika HP ku dicopet. Saat itu aku hendak pulang ke Malang, dan terkejut karena HP yang biasanya kutaruh di tas bagian depan ternyata sudah raib. Selain itu kita sebagai perempuan juga harus berhati-hati saat bis penuh penumpang yang berdesak-desakan tak jarang ada yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk melakukan pelecehan dan modus. Dengan memperbanyak berdoa dan zikir selama perjalanan, semoga Allah menghindarkan kita dari bahaya tersebut. 

Selanjutnya tranportasi umum yang menurutku nyaman, terutama jika melakukan perjalanan solo, dan terus melalukan perbaikan adalah kereta api. Saat bekerja dulu, setidaknya seminggu sekali aku menggunakan kereta api lokal untuk ke Surabaya naik kereta api eksekutif untuk perjalanan dinas ke Jakarta. Banyak sekali kenangan saat naik kereta api. Bagiku kereta api tampak sebagai laboratorium mini kehidupan masyarakat dengan berbagai fragmen kehidupan. Masyarakat dari berbagai ragam usia, berbagai profesi, berbagai penampilan, ada di kereta api. Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di sana sambil menunggu tiba di tempat tujuan, seperti melihat pemandangan di luar jendela, mendengarkan lagu, mengobrol bersama kawan perjalanan yang ditemui di kereta, membaca buku, menonton film, atau tidur. Saat ini pun fasilitas dala kereta sudah baik dan pemesanan tiket juga sudah online sehingga lebih praktis. Namun demikian ada juga episode yang membuat deg-degan, yaitu saat harus boarding sebelum kereta datang dan berjuang untuk masuk ke kereta karena ramai sekali dan berjubel. Apalagi saat pengalamanku naik kereta api berdua dengan anakku yang berusia 3 tahun. Aku lebih baik menggendongnya agar ia tak kegencet orang-orang lain.  

Untuk tranportasi umum kapal laut dan pesawat biasanya hanya untuk liburan ke luar pulau seperti ke Bali, Lombok, dan Karimun Jawa. Itupun juga hanya beberapa kali saja bersama teman-teman dan kolega saat bekerja. Sesansi pertama selalu  mendebarkan. Alhamdulillah ternyata aku tidak mabuk laut maupun mabuk udara. Semoga suatu hari mendapat kesempatan untuk naik pesawat ke luar negeri. Aamiin. 

Membicarakan tentang transportasi umum tak luput dari peran para ojek online yang sekitar 10 tahun terakhir ini semakin menjamur. Zaman semakin berkembang, demikian juga dengan teknologi, efisiensi dan efektivitas dalam berkendara dalam kota menjadi prioritas. Maka saat ini pilihan kami untuk berkendara umum dalam kota adalah dengan ojek online motor ataupun mobil dan langsung sampai di tempat tujuan. Tidak memiliki trayek tetapi memang ongkosnya lebih mahal daripada naik angkot. 

Memang saat ini sudah banyak orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi dan mulai meninggalkan transportasi umum. Kadang aku berpikir betapa mudahnya jika dulu saat sekolah ada fasilitas semacam ini. Namun di sisi lain aku harus menyadari bahwa setiap transportasi umum juga memiliki masa dan kenangannya masing-masing. Ada sisi lebihnya dan ada sisi kurangnya. Tak perlu disesali karena yang dulu sangat biasa, 10 tahun kemudian hanya terkenang melalui cerita. Terima kasih untuk dedikasi para pengemudi dan penyedia jasa transportasi umum telah memudahkan kami untuk mobilisasi dari satu tempat ke tempat lainnya.




No comments:

Post a Comment