Wednesday 22 February 2023

Run Lea Run (Part 2)

 Kejadian yang terjadi pada Lea hampir sama dengan yang ia alami saat SMP kelas 2. Saat itu ia berjalan kaki akan berangkat sekolah. Jalan yang ia lewati cukup ramai. Ia merasa sudah berada di jalur yang tepat dan aman untuk pejalan kaki. Namun tak disangka, seseorang mengendarai motor dengan cukup cepat lewat di sebelah kirinya dan nyaris menyerempetnya. Lea kaget. Tubuhnya gemetar dan kemudian seseorang membawanya ke tepi trotoar dan menenangkannya. Memberinya susu kotak rasa coklat yang ia bawa sebagai bekal. Sayang sekali Lea nggak ingat siapa orang baik yang menolongnya itu karena ia tiba-tiba pergi memacu kembali sepeda gowesnya sebelum Lea mengucapkan terima kasih.


“Le, kamu nggak papa?” Pertanyaan Rei membuyarkan lamunannya ke masa lalunya. Ia minum lagi air mineral yang disodorkan Rei. 


“Rei, kamu tahu nggak siapa yang nolong aku waktu keserempet motor pas masih SMP?” 


Rei terkejut. “Mana kutahu, kan kita nggak akrab saat itu.” 


“Iya ya. Seingatku anak itu gowes pakai sepeda warna tosca. Tas ranselnya juga warna tosca." 


Rei mengingat-ingat, tak banyak anak-anak yang menggunakan sepeda warna tosca dan tas ransel dengan warna senada, kecuali kakaknya, Rio. Jangan-jangan Rio yang menolong Lea? Namun, ia urungkan untuk menjelaskan asumsinya pada Lea. 


"Yuk balik lari lagi. Masih setengah perjalanan nih. 2,5 km lagi," ujarnya sambil membantu Lea berdiri. 


"Oke." 


Mereka berdua melanjutkan lari pagi yang terjeda sebentar. Akhirnya setelah 5 km terlewati, mereka berhenti di warung pecel dan memesan nasi pecel lengkap yang nikmat. Mereka berdua pun menyantapnya dengan lahap.


"Udah punya target bakal melamar pekerjaan ke mana Le?" tanya Rei. 


"Belum Rei. Kayaknya aku pengen ikut seleksi pengajar muda yang dikirim ke pelosok-pelosok itu lho," ujar Lea sambil tersenyum.


Rei terkejut. Lea yang ia kenal jarang sekali mau ikut kegiatan relawan. Apalagi mengajar selama setahun di pelosok. 


"Yakin bisa survive? Camping ke hutan aja pengen pulang gitu." 


"Heiii…itu kapan? 10 tahun yang lalu please deh. Kenapa masih diungkit - ungkit?" Lea memukul bahu Rei. 


Mereka tertawa mengingat masa-masa nostalgia itu saat persami, perkemahan sabtu minggu. 


"Lho, kalian jadian?" Sebuah suara memecah keseruan dua orang yang sedang nostalgia itu. Lea dan Rei menoleh ke sumber suara dan terkejut dengan kedatangan orang tersebut. Gawat! 


 



No comments:

Post a Comment