credit : https://www.sheknows.com/parenting/articles/1040569/old-people-names-we-love/ |
Setiap manusia akan
mengalami fase : lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan kemudian mati.
Sebuah fase yang diibaratkan : urip nang ndunyo mung mampir ngombe. Hanya sebentar,
sementara.
Menjadi tua
berarti kembali menjadi anak-anak. Mereka kembali ke fitrah saat mereka memulai
kehidupannya di dunia. Hidup bersama dengan anak-anak, orang dewasa dan sesepuh
tentu tak terhindarkan dari gesekan dan konflik. Selalu ada yang berperan
menjadi yang paling benar dan ada yang berperan sebagai yang selalu disalahkan
dan mengalah. Hati yang lapang menjadi jembatan agar tak berlanjut menjadi
sebuah kericuhan. Yang muda harus mengerti, harus memaklumi bahwa kelakuan
sesepuh kembali lagi menjadi kelakuan anak bayi yang rewel. Kadang saya
berpikir, mengapa kita harus selalu mengalah ya? Saat menjadi kakak yang lebih
dewasa harus mengalah pada adik. Saat menjadi anggota keluarga yang muda, harus
mengalah pada yang sepuh.
Mungkin pikiran ini tak selalu harus terjawab
sekarang. Mungkin nanti, saat usia ini telah senja, semua pertanyaan yang
bekelindan dalam benak itu akan menemukan jawabannya. Setidaknya saya mengerti,
bahwa ada banyak keutamaan yang diperoleh oleh anak yang memuliakan orang
tuanya di masa senja, antara lain : dilancarkan rezekinya, dibukakan pintu
surga, menghilangkan kesulitan yang dialami dll. Mencoba bersyukur bahwa orang
tua saya kini sedang berusaha melaksanakan kewajiban birrul walidain, dan
nantinya kami yang akan melanjutkan kewajiban tersebut, insya Allah. Ujian ini
hanya sementara dan saya yakin nantinya kita akan memetik apa yang kita tanam.
Menanam kebaikan maka akan memetik kebaikan pula. Aamiin.
#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-2
No comments:
Post a Comment